matematika china
Matematika
Cina
Sembilan Bab tentang
Seni Matematika.
Matematika Cina permulaan adalah
berlainan bila dibandingkan dengan yang berasal dari belahan dunia lain,
sehingga cukup masuk akal bila dianggap sebagai hasil pengembangan yang
mandiri.[35] Tulisan matematika yang dianggap tertua dari
Cina adalah Chou Pei Suan Ching,
berangka tahun antara 1200 SM sampai 100 SM, meskipun angka tahun 300 SM juga
cukup masuk akal.[36]
Hal yang menjadi catatan khusus
dari penggunaan matematika Cina adalah sistem notasi posisional bilangan
desimal, yang disebut pula "bilangan batang" di mana sandi-sandi yang
berbeda digunakan untuk bilangan-bilangan antara 1 dan 10, dan sandi-sandi
lainnya sebagai perpangkatan dari sepuluh.[37] Dengan demikian, bilangan 123 ditulis
menggunakan lambang untuk "1", diikuti oleh lambang untuk
"100", kemudian lambang untuk "2" diikuti lambang utnuk
"10", diikuti oleh lambang untuk "3". Cara seperti inilah
yang menjadi sistem bilangan yang paling canggih di dunia pada saat itu, mungkin digunakan beberapa abad sebelum periode masehi dan tentunya sebelum
dikembangkannya sistem bilangan India.[38] Bilangan batang memungkinkan penyajian
bilangan sebesar yang diinginkan dan memungkinkan perhitungan yang dilakukan
pada suan pan, atau
(sempoa Cina). Tanggal penemuan suan pan tidaklah pasti,
tetapi tulisan terdini berasal dari tahun 190 M, di dalam Catatan
Tambahan tentang Seni Gambar karya Xu Yue.
Karya tertua yang masih terawat
mengenai geometri di Cina berasal dari peraturan kanonik
filsafat Mohisme kira-kira tahun 330 SM, yang disusun oleh para
pengikut Mozi (470–390 SM). Mo Jing menjelaskan
berbagai aspek dari banyak disiplin yang berkaitan dengan ilmu fisika, dan juga
memberikan sedikit kekayaan informasi matematika.
Pada tahun 212 SM, Kaisar Qín Shǐ Huáng (Shi Huang-ti)
memerintahkan semua buku di dalam Kekaisaran Qin selain daripada yang resmi
diakui pemerintah haruslah dibakar. Dekret ini tidak dihiraukan secara umum,
tetapi akibat dari perintah ini adalah begitu sedikitnya informasi tentang
matematika Cina kuno yang terpelihara yang berasal dari zaman sebelum itu.
Setelah pembakaran buku pada tahun 212 SM, dinasti Han (202 SM–220 M) menghasilkan karya matematika
yang barangkali sebagai perluasan dari karya-karya yang kini sudah hilang. Yang
terpenting dari semua ini adalah Sembilan Bab tentang Seni Matematika, judul lengkap yang
muncul dari tahun 179 M, tetapi wujud sebagai bagian di bawah judul yang
berbeda. Ia terdiri dari 246 soal kata yang melibatkan pertanian, perdagangan,
pengerjaan geometri yang menggambarkan rentang ketinggian dan perbandingan
dimensi untuk menara pagoda Cina,
teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga siku-siku dan π. Ia
juga menggunakan prinsip
Cavalieri tentang volume lebih dari seribu tahun sebelum
Cavalieri mengajukannya di Barat. Ia menciptakan bukti matematika untuk teorema Pythagoras, dan
rumus matematika untuk eliminasi Gauss. Liu Hui memberikan komentarnya pada karya ini pada abad
ke-3 M.
Zhang Heng (78–139)
Sebagai tambahan, karya-karya
matematika dari astronom Han dan penemu Zhang Heng (78–139) memiliki perumusan untuk pijuga,
yang berbeda dari cara perhitungan yang dilakukan oleh Liu Hui. Zhang Heng
menggunakan rumus pi-nya untuk menentukan volume bola. Juga terdapat karya
tertulis dari matematikawan dan teoriwan musik Jing Fang (78–37
SM); dengan menggunakan koma Pythagoras,
Jing mengamati bahwa 53 perlimaan
sempurna menghampiri 31 oktaf.
Ini kemudian mengarah pada penemuan 53 temperamen
sama, dan tidak pernah dihitung dengan tepat di tempat lain hingga seorang Jerman, Nicholas
Mercator melakukannya pada abad ke-17.
Bangsa Cina juga membuat
penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang dikenal sebagai kotak ajaib dan lingkaran ajaib, dijelaskan pada zaman kuno dan disempurnakan
oleh Yang Hui (1238–1398 M). Zu Chongzhi (abad
ke-5) dari Dinasti Selatan dan Utara menghitung
nilai pi sampai tujuh tempat desimal, yang bertahan menjadi nilai pi paling
akurat selama hampir 1.000 tahun.
Bahkan setelah matematika Eropa
mulai mencapai kecemerlangannya pada masa Renaisans, matematika Eropa dan Cina adalah tradisi yang
saling terpisah, dengan menurunnya hasil matematika Cina secara signifikan,
hingga para misionaris Jesuitseperti Matteo Ricci membawa gagasan-gagasan matematika kembali
dan kemudian di antara dua kebudayaan dari abad ke-16 sampai abad ke-18.
Komentar
Posting Komentar